Sambutan Wakil Ketua DPK KNPI Kab. Banggai Ramli Hasan | foto: SL |
Bertempat di Masjid Al-Kaustar Pondok Pesantren Al-Khairaat
Luwuk, DPK Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Banggai bersama
Himpunan Pemuda Al-Khairaat (HPA) menggelar zikir dan doa bersama, Rabu
(31/12). Kegiatan ini dalam rangka pisah sambut tahun 2015.
Momentum religius itu diawali dengan qalam illahi yang
dilantunkan oleh Irwan Jafar. Laporan panitia Ketua HPA, Hamid menjadi prosesi
acara selanjutnya. Kegiatan bertema "Dengan Momentum Pergantian Tahun Mari Kita
Satukan Kata, Satukan Hati dan Bermuhasabah untuk Memupuk Persaudaraan Demi
Membangun Peradaan" itu diikuti 200-an jamaah.
Muh. Reza Lemba, LC dan Juli T. Arsyad memimpin zikir dan doa
bersama. Tampak para jamaah secara khusyu mengikuti zikir yang dimulai sekitar
pukul 20.25 wita sampai dengan 21.00 wita itu.
Ketua DPK KNPI Kabupaten Banggai, Hj. Batia Sisilia Hadjar berhalangan
hadir. Ia diwakili Ramli Hasan selaku Wakil Ketua Bidang Agama DPK KNPI
Kabupaten Banggai. “Karena ada agenda penting lainnya, Ketua KNPI Banggai
berhalangan hadir,” kata Ramli membuka sambutannya malam itu. Kegiatan ini
bernilai positif. Dan insya Allah seluruh OKP dan organisasi keislaman lainnya
dapat intropeksi atas perjalanan organisasi sepanjang tahun 2014. “Berapa
banyak dosa dan amalia yang selama ini kita lakukan. Intropeksi itu harus
dilakukan, demi perbaikan dimasa mendatang,” kata Ramli.
Suasana Acara Zikir dan Doa bersama | foto: SL |
Momentum renungan dan pentingnya waktu
Pisah sambut tahun tidak sekedar dimaknai seremoni, terlebih lagi penyambutannya dilakukan dengan kegiatan maksiat. Namun momentum itu hendaknya dijadikan renungan sejauh mana amal ibadah dan perbuatan buruk kita selama ini.
Pesan moril itu disampaikan Kepala Kementrian Agama (Kemenag) Kabupaten Banggai, DR. Qasim Yamani, pada zikir dan doa bersama yang diprakarsai DPK KNPI Kabupaten Banggai bekerja sama dengan Himpunan Pemuda Al-Khairaat (HPA) di Masjid Al-Kautsar Pondok Pesantren Al-Khairaat, Rabu (31/12).
“Selama ini sudah berapa orang yang kita sakiti, sudah berapa banyak kita ambil haknya dan sudah berapa banyak orang yang kita tipu. Itu antara lain yang harus kita evaluasi,” kata Qasim.
Masih lebih baik lanjut Qasim, manusia berdosa kepada sang Khalik dibanding manusia berdosa kepada sesamanya. Jika dosa kepada sang pencipta, maka manusia akan meminta ampun dengan sungguh-sungguh, dan Allah Swt pasti akan mengabulkannya. Berbeda dengan dosa sesama, Allah tidak akan mengampuninya, sebelum manusia memaafkan perbuatan manusia lainnya.
Manusia identik dengan perbuatan dosa. Mulai zaman Nabi Adam sampai dengan Nabi Muhammad tidak lepas dari rasa khilaf. Meskipun golongan nabi semua dosa mereka sudah terhapus. Menurut Qasim, ada tiga syarat agar dosa terhapus. Pertama, harus membenci perbuatan maksiat yang pernah dibuat dimasa lalu. Kedua, tertanam rasa penyesalan yang tinggi terhadap prilaku buruk yang pernah dilakukan. Sedang ketiga, komitmen untuk tidak mengulangi perbuatan maksiat dimasa akan datang.
Mari ajak Qasim, kita tutup akhir tahun 2014 ini dengan bermunajab kepada Allah. Insya Allah kita mendapat petunjuk Nya.
Siraman rohani yang disampaikan DR. Qasim Yamani pada zikir dan
doa bersama di masjid Al-Kautsar Ponpes Al-Khairaat Luwuk, Rabu (31/12) juga
mengupas tentang waktu. Kepala Kementrian Agama (Kemenag) Kabupaten Banggai ini
menyandingkan antara waktu dan kematian.
Oleh para orang pintar kata Qasim mengatakan, setiap yang datang
akan terus mendekat dan setiap yang berlalu akan terus berlalu. Tahun 2014
pernah kita nantikan. Dia telah datang dan kini telah berlalu sekaligus tidak
akan datang kembali. “Itulah yang disebut waktu,” kata Qasim.
Kalangan bijak juga pernah berstatemen tambah Qasim, mereka
menangisi masa mudanya, kesempatannya dan peluangnya. Andaikan kata mereka,
masa muda, kesempatan serta peluang itu diperjual belikan, maka sekalipun
harganya mahal pasti akan dibeli. Tapi sayang masa muda, kesempatan dan peluang
itu tidak dijual di pasar ataupun di toko. “Itu menjadi bukti betapa mulianya
waktu, disaat dia berlalu tidak mungkin akan datang kembali,” kata Qasim.
Jika orang Barat menyebut time is money (waktu adalah uang),
tapi bagi umat Islam waktu ibarat pedang. Maknanya jelas Qasim, jika tidak
dapat dimanfaatkan waktu, maka boleh jadi akan menebas leher kita.
Ceramah berdurasi sekitar 20 menit itu, Qasim bersinopsis.
Terjadi dialog antara waktu dengan kematian. Sang kematian berucap, saya
sanggup mematikan dan menghidupkan siapa saja. Kalau saya datang
siapa saja tidak akan bisa memajukan atau mengundurkannya. Atas pernyataan
kematian itu, waktu pun menjawab. Tidak akan ada kematian, jika tanpa saya. Itu
membuktikkan bahwa saya bisa menghalangi datangnya kematian.
*SL
0 komentar:
Post a Comment
Berilah komentar anda dengan bijak