Aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merasa jijik pada warga negara Indonesia yang mendukung Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) baik yang berada di luar negeri ataupun di dalam negeri.
Warga
negara Indonesia pendukung ISIS disebutkan tanpa sadar mengkhianati
negaranya sendiri yang sudah dididirikan dengan darah para pahlawan
bangsa yang sebelumnya diikat dengan Sumpah Pemuda. Demikian diungkapkan
Sekjen PB HMI, Muhammad Chairul Basyar, dalam rilis yang diterima Tribunnews.com, Jumat (1/8/2014).
Para tokoh nasional mulai menyatakan kekhawatirannya atas masuknya pendukung ISIS ke Indonesia. Bahkan mereka menyebarkan video tentang dukungannya atas ISIS dalam pekan ini.
Para tokoh nasional mulai menyatakan kekhawatirannya atas masuknya pendukung ISIS ke Indonesia. Bahkan mereka menyebarkan video tentang dukungannya atas ISIS dalam pekan ini.
Satu hal yang menonjol dari para
pendukung ISIS dari Indonesia adalah mereka menolak keberagaman dan
pluralisme yang menjadi akar budaya kebhinnekaan Indonesia.
“Negara Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi keberagaman, yang mengakui keberadaan kelompok yang satu dan yang lainnya. Di Indonesia keberagaman diikat dengan Sumpah Pemuda yakni bertanah-air, berbangsa dan berbahasa satu. Namun tidak ada ada yang mengikat Indonesia dalam satu agama,” ujar Chairul Basyar.
Ilung, panggilan akrab Chairul Basyar, menandaskan bahwa Indonesia adalah satu bangsa yang terdiri dari berbagai suku dan bahasa daerah.
“Negara Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi keberagaman, yang mengakui keberadaan kelompok yang satu dan yang lainnya. Di Indonesia keberagaman diikat dengan Sumpah Pemuda yakni bertanah-air, berbangsa dan berbahasa satu. Namun tidak ada ada yang mengikat Indonesia dalam satu agama,” ujar Chairul Basyar.
Ilung, panggilan akrab Chairul Basyar, menandaskan bahwa Indonesia adalah satu bangsa yang terdiri dari berbagai suku dan bahasa daerah.
Karena itu selain berbangsa, bahasa Indonesia adalah pengikat
berbagai suku dengan berbagai keragaman bahasanya masing-masing.
Berbagai suku itulah yang kemudian secara bersama-sama dan menyadari
keberadaan masing-masing mengakui Indonesia sebagai tanah airnya.
“Bangsa Indonesia adalah bangsa yang menempati pulau dan laut dari Sabang sampai Merauke. Kami tidak lahir dan tinggal di Irak ataupun Suriah, yang sangat jauh dari Indonesia. Dan, di tanah air Indonesia inilah, semua agama hidup dalam kebebasannya. Sehingga kami merasa jijik jika ada orang Indonesia yang seakan-akan hidup tidak di Indonesia bahkan layaknya mereka adalah warga asing bagi negaranya sendiri,” tegas Ilung.
Karena itu, Ilung yang bersama pengurus PBHMI lainnya ke Vatikan pada 2011 dan Russia pada 2012 dalam kunjungan pluralisme dan nasionalisme, menandaskan pemuda Indonesia tidak perlu membesar-besarkan ISIS.
“Bangsa Indonesia adalah bangsa yang menempati pulau dan laut dari Sabang sampai Merauke. Kami tidak lahir dan tinggal di Irak ataupun Suriah, yang sangat jauh dari Indonesia. Dan, di tanah air Indonesia inilah, semua agama hidup dalam kebebasannya. Sehingga kami merasa jijik jika ada orang Indonesia yang seakan-akan hidup tidak di Indonesia bahkan layaknya mereka adalah warga asing bagi negaranya sendiri,” tegas Ilung.
Karena itu, Ilung yang bersama pengurus PBHMI lainnya ke Vatikan pada 2011 dan Russia pada 2012 dalam kunjungan pluralisme dan nasionalisme, menandaskan pemuda Indonesia tidak perlu membesar-besarkan ISIS.
Membesar-besarkan
ISIS sama saja memberi ruang promosi bagi dikenalnya organisasi itu
lebih luas dan menimbulkan kekhawatiran bagi bangsa Indonesia.
“Mengembangkan budaya nasional serta daerah adalah penting untuk melawan gerakan pengaruh asing. Adalah penting bagi bangsa Indonesia untuk memelihara warisan budaya nenek moyang yang ada di negeri sendiri. Indonesia harus melawan rasa takut terhadap segelintir orang yang menyebarkan virus permusuhan, ketakutan dan kedengkian bagi bangsanya sendiri,” jelas Ilung.
“Mengembangkan budaya nasional serta daerah adalah penting untuk melawan gerakan pengaruh asing. Adalah penting bagi bangsa Indonesia untuk memelihara warisan budaya nenek moyang yang ada di negeri sendiri. Indonesia harus melawan rasa takut terhadap segelintir orang yang menyebarkan virus permusuhan, ketakutan dan kedengkian bagi bangsanya sendiri,” jelas Ilung.
Selain itu, Sekjen PBHMI itu mengurai lebih lanjut, bahwa
Nabi Muhammad tidak pernah mengajarkan Islam berperang secara membabi
buta, melainkan mengakarkan persatuan ummat, perdamaian dengan penganut
keyakinan lain, dan bersikap damai seperti Islam itu sendiri. Hal itu,
menurut Ilung, tercermin dan diajarkan dalam Piagam Madinah yang
diprakarsai oleh Nabi Muhammad. /tribunnews.com
0 komentar:
Post a Comment
Berilah komentar anda dengan bijak